Kamis, 14 April 2016

(sambungan dari LEBARAN TANPA SALAMAN) I.R.A.K.

Lebaran telah lewat. Tetapi suasananya masih melekat. Karena sempat tidak sempat, orang-orang masih ada yang makan ketupat. Serta malam harinya masih dihiasi letupan suara petasan dan kembang api, juga cahaya kembang. Malam ini pun aku sedang bermain kembang api dengan Zahra, anaknya Mbak Naroh. Tapi acaranya jadi terganggu karena pacarku menelepon dan Zen kirim SMS. Repot. Aku angkat telepon dari pacarku saja.

"Halo Assalamu'alaikum.." aku membuka percakapan.

"Wa'alaikumsayang.. hehe," itu pacarku yang berbicara. Sudah biasa begitu.

"Ada apa?" tanyaku.

"Cuma pengen ngobrol seperti biasa," jawabnya.

"Oh.."

"Gi ngapa sekarang?" pacarku bertanya.

"Lagi main kembang api sama Zahra.." jawabku sambil memegang kembang api.

"Oh, kayak anak kecil aja main kembang api.. Hehe," kata pacarku.

"Biarin, memang aku masih kecil."

"Sudah maem belum?"

"Sudah, tadi.."

"Pakai apa?"

"Pakai tangan, pakai sendok, pakai mulut.."

"Maksudnya pakai lauk apa?"

"Oh, pakai ayam.. Kamu sendiri lagi apa?"

"Lagi duduk aja didepan rumah."

"Sudah maem belum?"

"Belum," jawab pacarku.

"Kenapa belum?" tanyaku.

"Belum laper. Hehehe."

"Maem dulu sana biar nggak sakit.. Aku juga mau main kembang api lagi.."

"Iya.. Iya.. Yaudah, udah dulu ya.."

"Iya.. Daa.." aku berkata sambil menutup telepon.

Lalu terlihat ada dua pesan masuk dari Zen lagi. Aku baca.

"Terbuat dari apa Mlokolegi Pojok malam ini?" begitu tulisnya.

"Maksudnya?" aku bertanya karena memang bingung. Zen ini bahasanya kadang sulit dimengerti.

"Maksudnya, bagaimana gambaran tempatmu saat ini?" jelas Zen.

"Oh, bagus, rame.." jawabku singkat.

"Oh.."

"Bunder.. bagaimana ditempatmu Om?" aku bertanya, tentunya sambil memainkan kembang api punya Zahra.

"Malam ini kamarku terbuat dari sarang laba-laba, semut yang berbaris, suara cicak, dan aku yang sedang mendengarkan lagu-lagunya Green Day sambil SMS-an denganmu.." jawaban Zen panjang.

"Bikin puisi om? Hahaha.." aku tertawa karena keanehannya.

"Nggak, bukan.. Hehe," balasnya.

"Terus?"

"Kamu sedang apa sekarang?" dia bertanya. Obrolan SMS itu memang kadang tidak begitu nyambung.

"Lagi main kembang api sama Zahra.." aku menjawab.

"Zahra itu siapa?"

"Anaknya mbak Naroh.."

"Aku kira anaknya Harti, eh, bulek Harti.. Hehe.." aku rasa Zen keceplosan menyebut bulek Harti dengan nama Harti saja, mungkin karena usia bulek Harti lebih muda dari usia Zen, yang mungkin seumuran dengannya adalah Bulek Siti.

"Bukan.. kamu sendiri sedang apa om?" tanyaku.

"Aku tadi sudah bilang sedang diculik raja semut belum?" jawabnya asal.

"Belum kayaknya.."

"Yasudah, berarti aku sekarang sedang diculik raja semut, dan diajak berdiskusi, tentang kamu.." dia pasti sedang tidak serius, tapi aku suka, jadi aku tetap melanjutkan obrolan.

"Tentang aku?" aku bertanya pura-pura kaget.

"Iya, raja semut mengajak diskusi, apakah kamu ini manis atau tidak?"

"Lalu apa jawaban Om Zen?"

"Aku jawab saja bahwa kamu itu manis sekali.."

"Hahaha, ngarang.."

"Iya bener, jadi aku menyuruh raja semut itu pindah dari kamarku.. karena aku kalah manis denganmu.."

"Hahaha.. terus?"

"Raja semut bilang, dia nanti mau pindah ke kamarmu, disambut ya.."

"Hahaha, nggak mau.."

"Oh iya, aku juga titip pesan kepada raja semut, untukmu.." Zen berkata.

"Apa pesannya?" tanyaku penasaran.

"Jangan lupa ingatan, hehe.."

"Hahaha, udah gitu aja?" tanyaku, karena aku berharap ada kata-kata romantis dari dia.

"Iya, gitu aja.."

"Oh.."

"Eh, raja semut itu gila ya?"

"Gila? Nggak tahu maksudnya," aku bingung dengan pernyataannya.

"Iya, raja semut gila, masa ngajak ngobrol manusia?"

"Hahaha, om Zen yang gila, ngajak ngobrol semut.. Hahaha.." aku tertawa dibuatnya. Oleh pemikirannya yang tidak umum seperti orang lain.

"Ah, udah ah.. aku mau main PS dulu," kata Zen.

"Aku juga capek om, ngetik SMS sambil mainan kembang api.."

"Bersenang-senanglah.."

"Iya," balasku.

Malam itu aku bingung. Kenapa aku begitu peduli pada Zen dan mengabaikan pacarku? Ah, mungkin hanya perasaan bosan saja karena masa pacaran yang terlalu lama dan kebetulan Zen masuk disaat ini. Yang bisa aku jadikan tempat penghibur saat aku sepi dan merasa bosan.

***

Daerah Istimewa Mlokolegi, tanggal 2 Agustus 2014 masehi. Zen bilang padaku kalau dia ingin mengaktifkan lagi organisasi IRAK (Ikatan RemajA Kemplokolegi) yang saat itu dalam masa Vacum of Power alias mandek tidak ada kegiatan aktif. Dia cerita banyak kepadaku tentang IRAK. Sudah satu tahun organisasi ini terhenti, alasannya karena kegiatan Agustusan ada pada bulan puasa. Jadi tidak ada yang mau meramaikan. Secara tidak langsung hal ini mematikan organisasi yang diurus oleh pemuda Mlokolegi itu. Aku punya catatan rekaman percakapan dengan Zen lewat SMS tentang itu, walau pesannya sudah kuhapus, tetapi aku ingat. Walaupun tidak sedetail jika Zen yang mengingat.

"Hai bulek.."

"Hai juga, om.."

"Kamu, apa kabar?"

"Baik, kamu?"

"Aku selalu baik, gi apa?"

"Dikamar.. dengerin musik."

"Boleh aku bertanya?"

"Iya, boleh.. Apa?"

"Kamu di sekolah ikut organisasi?" dia bertanya.

"Iya, pernah ikut OSIS," jawabku.

"Menjabat apa?"

"Bendahara.."

"Bagus, aku mau mengaktifkan IRAK lagi, kamu ikut ya.."

"Insya Allah," jawabku.

"Biar rame kampung ini ada kegiatan.."

"Iya, om, aku juga dari dulu ingin ikut kegiatan di kampung, bosen dirumah terus, tapi aku malu dan nggak ada yang mengajak.."

"Kebetulan dong, yaudah nanti aku jadikan kamu pengurus, bisa ikut kumpulan kan?"

"Insya Allah bisa, kalau nggak sibuk.."

"Pinter.."

"Oh iya, nanti yang jadi ketua siapa? Kamu ya?" tanyaku.

"Hehe, aku sudah terlalu tua, dan juga sudah pernah, lagian untuk jadi ketua itu ada tiga kriteria yang harus dipenuhi yaitu Pinter, Kober, dan Bener.."

"Maksudnya?" aku masih belum paham.

"Iya, jadi ketua itu pertama harus Pinter, dalam artian tidak gampang dikendalikan anak buahnya dan juga bisa mengatur anak buahnya.."

"Terus?"

"Kober, artinya selalu bisa menyempatkan waktu untuk mengurus jalannya kegiatan dan hadir dalam acara musyawarah organisasi.."

"Terus apa lagi?"

"Yang terakhir bisa berperilaku bener, artinya bisa menjalankan amanah sebagai ketua dengan benar, tidak semena-mena, dan jujur.. Gitu, bulek paham?"

"Iya.. Iya.. Paham, hehe," kataku.

"Dan yang memenuhi kriteria itu untuk saat ini, menurut rembugan tidak resmi pada waktu ngumpul ngeteh dirumah Om Soni, sepakat untuk memilih Danang.."

"Alasannya apa?"

"Ya itu tadi, Pinter, Kober, Bener.. Pinter, Danang kan kuliah, sudah pasti pikirannya terbuka dan tidak gampang diatur anak buahnya.. Kober, jelas, kami semua tahu kalau Danang punya waktu senggang selalu dikampung, tidak merantau.. Bener, orang kalau duitnya banyak, itu nggak akan korupsi, malah kadang bisa nalangi dulu biaya operasionalnya.. Hehe," jelas Zen panjang lebar.

"Oh gitu? Kenapa nggak kamu aja? Kamu kan kuliahan juga, terus tidak merantau, dan menurutku kamu orangnya baik, nggak pernah bikin masalah.."

"Itu kan penilaian pribadi kamu, lagian aku sekarang sudah kerja di Pabrik Gula Sragi, jadi susah kober-nya.."

"Oh.."

"Tapi nanti tetap ada pemilihan secara voting pas kumpulan nanti.."

"Kapan kumpulannya?" tanyaku.

"Belum tahu, tunggu saja undangannya datang.."

"Oke," kataku.

"Kapan mulai masuk sekolah lagi?" Zen bertanya.

"Tanggal empat," jawabku.

"Oh, yang rajin ya, udah kelas tiga.."

"Iya, Om.."

"Sudah ya, aku mau istirahat, capek.." kata Zen.

"Iya, met istirahat, kamu.."

"Kamu juga.."

Itulah dialog antara aku dan Zen. Tentang IRAK. Aku rasa inipun termasuk peristiwa sejarah yang harus diketahui. Walaupun mungkin tidak penting bagi kalian.

***

Hari Kamis, tanggal 7 Agustus 2014 Masehi. Malamnya cerah. Harusnya aku ikut hadir pada acara pembentukan kembali Organisasi Ikatan RemajA Kemplokolegi malam itu karena aku dapat undangan. Tetapi aku tidak bisa hadir karena ada acara juga di rumah pak dhe Dono. Jadi, aku mengikuti rapat dari SMS yang dikirim Zen.

"Bulek nggak datang ke kumpulan warga dan remaja?" tanya Zen.

"Aslinya pingin Om, tapi disuruh anter nenek ke tempat pak dhe Dono," jawabku.

"Oh, yaudah, tapi nanti aku usulkan supaya kau jadi bendahara di IRAK," kata Zen.

"Memangnya kalau tidak hadir bisa dipilih?" tanyaku.

"Tenang, semua bisa diatur, karena pada dasarnya, setiap organisasi perlu ada seseorang yang membuat anggota lain semangat hadir mengikuti kegiatan, dan orang itu biasanya wanita, kebetulan kamu orang yang tepat karena sekarang kamu sedang menjadi bintang di Daerah Istimewa Mlokolegi.." Zen menjelaskan panjang lebar.

"Gimana ya?"

"Mau kan?"

"Emmm, aku takutnya nggak bisa selalu hadir pada saat kegiatan, karena selain sibuk sekolah dan kadang nganter mbah Waisah.."

"Tidak apa-apa, mau ya?"

"Iya deh.."

"Yaudah, nanti aku tunjukkan ini ke teman-teman sebagai bukti," Zen berkata.

"Tapi, yang ikut siapa aja? "

"Ya belum tahu, ini baru mau mulai rapatnya, udah dulu ya.."

***

Sembilan puluh tujuh menit kemudian, Zen SMS lagi. Hasil rapat pembentukan kembali organisasi I.R.A.K.

"Ketua : Danang
Wakil : Zen
Sekretaris : 1. Basuki 2. Wahyu
Bendahara: 1. Devi 2. Risma
Koordinator RT/RW
001/05 - Jumadi dan Mut
002/05 - Dayat dan Adi
001/06 - Sigit dan Cicik
002/06 - Ari dan Ahmad"

"Itu beneran Om?"

"Iya, bener, mulai sekarang kamu jadi bendahara I.R.A.K."

"Sama Risma?"

"Iya, sengaja kami pilihkan biar kamu mau, hehe.."

"Tadi apa nggak diprotes orang-orang? Kan aku tidak hadir.."

"Tidak, karena cewek-cewek lain yang hadir ada yang tidak mau dijadikan pengurus," jelas Zen.

"Tapi kan ada yang cowok yang bisa mengisi jabatan itu.."

"Yang cowok-cowok justru pada semangat dan setuju saat aku mengusulkan namamu untuk jadi bendahara.."

"Hahaha, masa sih?"

"Iya, bener."

"Tapi aku tidak janji bisa selalu hadir di kegiatan ya?" kataku.

"Tenang, aku pastikan kamu bisa hadir, hehe.."

"Kok bisa?" tanyaku.

"Jadwal rapat akan disesuaikan dengan waktu luangmu.." jawab Zen.

"Hmmm." tulisku.

"Udah selesai acara di tempat pak dhe Dono?"

"Sudah, ini sudah dirumah kok, hehe," aku menjawab.

"Aku tidak lihat kau lewat.."

"Om Zen tadi sibuk, aku lihat kamu kok.."

"Maaf ya, aku terlalu sibuk jadi tidak sempat memperhatikanmu, iya, aku sibuk dengan lingkungan sekitar, memastikan bahwa tidak ada yang mencoba mengganggumu.."

"Ngomong apa sih Om Zen, hahaha," kataku mencoba menetralkan hati yang baru saja dikejutkan oleh kalimatnya.

"Ngomong kamu, hehe," balas Zen.

"Om.."

"Apa? Oh iya, besok mulai menariki iuran khusus pemuda, untuk acara agustusan hari minggu nanti.. Kita cuma punya persiapan tiga hari untuk mengadakan acara perlombaan.." Zen menjelaskan.

Sebenarnya tadi aku mau ngomong penting dengan Zen, tetapi terpaksa aku tunda karena dia malah menjelaskan masalah agustusan. Inilah contoh ketidakpekaan cowok yang membuat rugi dirinya sendiri.

"Iya om, aku mau bobok dulu ya.. besok aku sekolah," kataku untuk mengakhiri obrolan lewat SMS malam itu.

"Selamat tidur mahluk bumi.." begitu tulis Zen.

Sebenarnya malam itu aku tidak langsung tidur, masih mendengarkan musik dan juga memikirkan macam-macam hal, sampai kira-kira jam sebelas malam. Dan tak sempat mengucapkan selamat tidur untuk dia. Untuk om Zen.

Bersambung ke BAB VIII..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar