Sabtu, 01 Juli 2017

HID. KENANGLAH AKU : UNTUK HID

Aku sudah membaca buku yang ditulis oleh Kaje. Buku yang berisi cerita dari Hid tentang awal perkenalannya dengan aku sampai akhir Desember dua ribu empat belas. Itu adalah enam bulan pertama kisah Hid. Kaje bilang padaku katanya dia ingin menuliskan bagian kedua tentang kisah Hid yang terjadi antara bulan januari sampai bulan September dua ribu lima belas. Tapi Kaje bilang lagi katanya sulit menemui Hid yang sekarang sibuk sekolah di Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten kendal. Jadi dia memutuskan untuk menemui aku di Jogja dan meminta aku untuk bercerita tentang kisah kedua dari sudut pandangku, mungkin juga ada kisah yang tidak diceritakan oleh Hid pada buku pertama juga akan aku ceritakan sekarang.

Kaje bertemu denganku disebuah warung angkringan di area jalan Pasar Kembang dekat stasiun Tugu dan jalan Malioboro. Setelah menyeruput kopi hitam panasnya yang kental, dia mulai berbicara.

"Mas Zen, apakah anda bersedia menceritakan kisah tentang Hid?"

"Siap mas," jawabku.

"Nggak pakai malu-malu dulu nih mas? Kayaknya semangat banget, hehe.." kelakar Kaje.

"Soalnya aku sudah lama ingin menceritakan hal ini kepada banyak orang mas.." kataku.

"Kenapa?" Kaje bertanya.

"Iya, suatu kebanggaan bisa mempunyai kisah dengan Hid, dan sebagai pelengkap kisah yang sudah diceritakannya pada buku yang pertama.." jelasku.

"Oo.. Apa ada motivasi lain, selain itu?" tanya Kaje lagi.

"Iya, ada," jawabku.

"Apa itu?"

"Jika aku punya anak nanti, bisa dibaca, ayahnya dulu pernah punya kisah unik dengan gadis tercantik di kampung, walaupun tidak pernah jadi pacar.."

"Ah hahaha.."

"Selain itu, lewat tulisan dari mas Kaje dibuku ini aku juga ingin mengatakan sesuatu kepada Hid, yang belum sempat aku katakan kepadanya," terangku lagi.

"Siap mas bro!"

***

Aku mengirimkan kisahku dengan Hid lewat email kepada Kaje. Tidak aku lakukan setiap hari. Kadang jika ada waktu senggang untuk menulis dan sedang ingin menulis. Biasanya malam hari setelah bekerja atau pagi hari setelah subuh.

Lewat tulisan ini, aku ingin Hid mengerti tentang apa yang aku rasakan selama tidak pernah bertemu dan berkomunikasi lagi. Aku juga ingin meluruskan bahwa aku dan Hid tidak pernah menjadi pacar. Jadi, bagi pembaca yang pernah membaca buku pertama, jangan salah paham ya.

Untuk Hid, bacalah buku ini. Dari awal sampai akhir, yang melengkapi kisahmu tentang aku. Bacalah! Bacalah! Hid. Sekarang giliran aku yang bercerita. Mungkin jika aku mati nanti tidak meninggalkan apa-apa, minimal aku meninggalkan kisah terindah bagiku. Walau mungkin bagimu tidak. Hehe.

Untukmu, Hid
Dariku, Zen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar