Hari Jumat, cerita religi ah..
Kejadiannya kemarin sore sampai malam, ketika aku pergi dari kantor tempatku kerja untuk mencari alamat rumah seorang teman yang jaraknya lumayan jauh. Dari kantor aku naik Ojek Online ke RAMAI MALL. Disana aku menemui Adit Kusmiyanto yang sedang bekerja. Aku pinjam motor matic punya Adit, warnanya pink dan ceper. Dari RAMAI MALL aku langsung tarik gas menuju daerah Seyegan, Sleman. Aku pilih lewat jalur Selokan Mataram biar aman dari razia polisi. Alamat yang aku cari adalah Padukuhan Barepan, Krapyak Sepuluh. Kalau tidak salah ikut Kelurahan Margoagung, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.
Sampai dijalan Tempel-Seyegan hampir maghrib, aku celingak-celinguk untuk mengamati gapura yang bertuliskan krapyak sembilan, karena menurut info sebelumnya dari temanku itu krapyak sepuluh itu masuknya dari krapyak sembilan. Info, aku tidak bawa HP saat kemarin itu. Nekat saja. Punya mulut untuk bertanya. Aku telusuri jalan krapyak sembilan lurus terus sampai melewati tebu-tebu, agak serem juga karena hampir maghrib, sepi, kanan kiri kebon. Ada seseorang tapi mirip orang gila, tambah sereeem. Aku masih lurus terus sampai mentok jalan raya Kebon Agung. Waaaa, kesasar nih. Kataku dalam hati.
Adzan maghrib berkumandang, aku mencoba untuk menuju sumber suara, dan ternyata itu arah Pasar Ngino. Ada desa juga disitu. Akhirnya sampai di Masjid Baiturrokhman, Klawisan. Sholatnya nggak usah aku ceritakan ya, takut dibilang riya'.
Setelah itu aku tanya ke bapak-bapak yang baru keluar dari masjid. Kata bapak-bapak itu aku dari sini harus belok kanan sampai mentok ketemu pertigaan, terus belok kiri masuk gerbang yang ada tulisan Padukuhan Barepan, lalu melewati Embung Tirtoagung, katanya itu sudah masuk wilayah Barepan sepuluh. Aku menuruti kata-kata bapak tersebut. Jalanan dikampung masih gelap, hanya ada sedikit cahaya lampu jalan, sisanya kebon-kebon, bikin merinding juga sih. Masih mending dikampungku Mlokolegi sana, penerangan jalan sudah oke.
Lanjut lagi aku telusuri jalan itu, ternyata ketemu jalan raya Margoagung, gerbang Krapyak sembilan lagi. Ya Tuhan aku bingung. Berhenti, coba tanya sama orang tapi sepi sekali. Tidak ada yang lewat. Rumah-rumah pintunya tertutup. Harus bagaimana lagi? Akhirnya aku putar balik menelusuri jalan yang tadi, ketemu dengan gerbang Krapyak Sepuluh aku kira, karena tulisannya Barepan X. Nekat saja lah. Aku jalan terus, hanya ada berpapasan sepeda motor, banyak kebon, ada makam juga. Aku berhenti didepan sebuah rumah tradisional jawa dan agak terang karena ada semacam bengkel yang pintunya masih terbuka sedikit, tapi tidak ada orang. Aku hanya berharap ada orang jalan kaki lewat biar bisa aku tanya. Tetap tidak ada, hanya motor seliwar-seliwer yang sungguh malas untuk aku tanyai.
Karena bosan, aku jalan maju lagi sampai hampir menuju embung yang tadi aku lewati, suasana cukup seram. Kebon dengan pohon-pohon rimbun dan tinggi gelap ada disekitar. Aku putar balik tepat didepan gang yang ada plang bertuliskan makam yang berwarna merah. Kemudian aku berhenti di depan kebon yang ada gang bertuliskan Masjid Nurul Huda. Aku kira berhenti disini lebih aman dan siapa tahu ada orang yang mau pergi ke masjid jalan kaki. Ternyata tetap sepi dan tidak ada yang lewat. Hanya suara jangkrik dan kadang diselingi motor seliweran. Sampai akhirnya adzan Isya berkumandang. Aku nyalakan lagi motor untuk menuju Masjid Nurul Huda. Aku telusuri gang tadi, ternyata melewati rumah-rumah dan kebon juga, serta bangunan seperti kandang sapi, lumayan ada penerangan. Akhirnya sampai juga di Masjid Nurul Huda. Aku parkir motor dan menuju tempat wudhu.
Ada tiga orang ibu-ibu disana dan aku bertanya untuk memastikan bahwa daerah ini adalah Barepan, Krapyak Sepuluh. Ternyata benar dan aku tanya alamat rumah Dina. Jreng jreng jreng. Ternyata lagi yang aku tanyai adalah ibunya Dina. Sebuah kebetulan kah? Atau memang sudah digariskan begini? Akhirnya ibunya Dina itu yang nanti setelah selesai sholat aku diajak mampir kerumahnya.
Sesuai dengan janjinya tadi, setelah sholat isya, ibunya Dina menunjukkan jalan menuju rumahnya. Naik motor juga. Aku mengikuti dibelakang. Melewati jalan yang tadi. Kemudian jalan utama Krapyak sepuluh, dan berhenti di rumah tradisional jawa yang disamping bengkel. Tempat aku tadi sempat berhenti. Kemudian aku disuruh masuk tapi Dina sedang pergi. Sehingga aku hanya sempat ngobrol dengan ibunya sebentar. Yang sekilas mirip Dina ketika rambutnya dicepol saat sedang kerja jadi kasir di Supermarket RAMAI MALL.
Aku pamitan karena sudah jam setengah delapan lewat, aku harus mengembalikan motor milik Adit Kusmiyanto yang jam delapan harus pulang kerja. Perjalanan dari Seyegan ke Malioboro memakan waktu setengah jam, campur lampu merah dan macet.
Yang ingin aku sampaikan dari cerita ini adalah, kadang insting manusia ketika kepepet itu bisa jadi senjata yang ampuh. Seperti ketika aku bingung dan berhenti didepan sebuah rumah yang ternyata itu adalah rumah yang aku tuju. Padahal aku belum mengerti sebelumnya.
Kedua, ketika pikiranmu buntu, butuh bantuan, sholatlah. Maka Tuhan akan membuka jalan untukmu. Membantu dengan hal yang tidak terduga.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar