Selasa, 17 September 2019

CERITA SEREM

Malam Rabu nih..
Mau cerita kejadian yang tidak biasa ah..
Silakan dibaca ya.. Nggak bayar kok, gratis..

Jadi gini, kisah ini aku alami ketika sehabis maghrib pada hari Minggu. Aku berniat untuk pergi ke Malioboro untuk membeli Surjan lurik. Itu aku biasanya pergi jalan kaki kemudian naik bus Trans Jogja. Biar irit ongkos daripada naik Ojek Online yang biayanya bisa empat kali lipat. Nah, aku sudah ada di Halte atau Shelter Trans Jogja yang ada di depan Perpustakaan Daerah Bantul yang katanya terbesar se-Asia Tenggara. Di shelter itu kondisinya gelap, hanya ada sebuah lampu berwarna putih diluar. Dulunya shelter ini ada petugasnya, tetapi sejak ada pengurangan karyawan, shelter itu jadi tidak ada petugasnya, dibiarkan kosong. Kalau mau naik ya jadi harus lihat dulu dari jauh ketika akan ada bus lewat, shelter itu dilewati Trans Jogja jalur 1B dan 3B. Harus hafal jurusannya karena tidak ada petugas yang memberitahu. Bayarnya juga bisa didalam bus, bisa pakai kartu khusus pelanggan Trans Jogja atau bisa juga dibayar dengan uang pas.

Lanjut lagi ceritanya. Didalam shelter hanya ada aku dan seorang kakek yang bersarung, berbaju putih, dan memakai kopyah hitam yang sepertinya sudah lusuh. Dia juga berkacamata. Kemudian dari arah timur muncul bus Trans Jogja jalur 1B, itu arah dalam kota Jogja. Aku dan si Kakek masuk ke dalam bus dan duduk dikursi. Ya, duduk dibangku. Kalau tidur dikasur. Ada beberapa penumpang lain yang aku lihat. Seorang cewek dan seorang cowok yang kelihatannya seperti sepasang kekasih, aku kira mereka berasal dari Indonesia Bagian Timur. Kemudian ada tiga cewek yang sepertinya juga berasal dari Indonesia Timur. Lalu ada juga mbak-mbak bule alias turis mancanegara berjumlah tiga orang dengan ransel gedhenya yang digendong.

Kemudian bus berhenti di shelter dekat gudang SGM, ada penumpang masuk, dua orang lelaki. Menempatkan diri pada tempat duduk yang tersedia. Tapi sebelumnya sepasang kekasih dari Timur itu turun disana. Tidak terjadi apa-apa sampai disini. Sampai akhirnya aku, si kakek, tiga gadis dari Timur, dan dua cowok yang naik dari shelter SGM itu turun di shelter Senopati. Yang bisa mencakup wisata Taman Pintar, Taman Budaya Yogyakarta, Pasar Beringharjo, Alun-alun Utara dan Kraton Jogja, Titik Nol KM Jogja, Benteng Vredeburg, dan juga jalan Malioboro. Kami berjalan dan berpisah sesuai dengan tujuan awal masing-masing.

Aku sudah duduk dikursi K-Fun Cafe didalam RAMAI MALL menikmati tahu goreng dan es teh gratisan dengan lesu. Tidak semangat seperti biasanya. Dan aku agak kaget ketika mendapati tiga mbak-mbak bule yang tadi ada didalam bus Trans Jogja muncul dengan dandanan yang sudah berbeda tapi masih bisa kuhafal wajah dan aksesoris gelang-gelangnya. Ingin kutawari es teh manis tapi nggak jadi, kasihan kalau es teh manisnya ditawari dengan tidak diberi gula. Yasudah biarkan saja mereka jalan-jalan di RAMAI MALL yang lumayan sepi. Jogja berasa sempit aku rasa. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul delapan, aku memutuskan untuk segera pulang karena sudah beli surjan lurik juga. Setelah pamitan ke Barista Winarno dan Andi, aku keluar dari RAMAI MALL. Menuju shelter Trans Jogja di Kepatihan atau biasa disebut Shelter Malioboro Dua. Aku naik jalur 1A (paling banyak armadanya) karena memang untuk turun di shelter JEC (Jogja Expo Center) yang cepat harus naik bus jalur 1A. Bisa juga naik 3A tapi muter dulu ke terminal Giwangan, jauh dan lama.

Kemudian bus berhenti di shelter Malioboro Tiga yang letaknya didepan Benteng Vredeburg. Naiklah seorang kakek yang ternyata adalah kakek yang tadi pas berangkat naik bareng aku dari shelter depan Perpus. Si kakek tersenyum dan menyapa karena sadar serta ingat dengan wajahku. Bruuuuummmm.. Bus berjalan lagi melewati perempatan Titik Nol KM Jogja, belok kiri terus wae. Untuk kemudian berhenti di shelter Taman Pintar. Naiklah itu tiga cewek dari Indonesia Timur yang tadi pas berangkat juga bareng. Aku tersenyum sendiri. Bus Trans Jogja mulai berjalan lagi melewati beberapa shelter seperti shelter Pakualaman, shelter Makam Pahlawan, hingga akhirnya berhenti di shelter SGM.

Disana aku kaget lagi karena ternyata sepasang kekasih dari Indonesia Timur yang tadi pas berangkat bareng naik ke dalam. Hatiku berkata, kenapa ketemu orang-orang yang tadi lagi? Hingga aku dan si kakek turun di shelter JEC. Si kakek berjalan kaki menuju arah timur. Sedangkan aku ambil jalur ke barat untuk kemudia ke arah utara, barulah ke arah Timur melewati jalan tengah sawah yang sepi. Apa yang terjadi berikutnya membuat aku terkejut.

Aku berpapasan dengan kakek itu lagi, tapi tidak pas banget, dia ada dibelakangku sekitar lima belas langkah. Menyusuri jalan Sukun Raya ke arah Utara. Langkah kakiku aku percepat, sudah ingin aku tiduran sambil mainan hape.

Demikianlah cerita aneh hari ini. Aku rasa kejadian seperti ini akan sulit terulang. Ya, kami tidak saling kenal dan tidak ada janjian sebelumnya tapi bisa berangkat dan pulang bersama dalam satu bus. Mungkin ini juga bukti bahwa dalam menjalani kehidupan ini sudah ada yang mengatur. Yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.

TOMAT

Jumat, 06 September 2019

CERITA RELIGI

Hari Jumat, cerita religi ah..

Kejadiannya kemarin sore sampai malam, ketika aku pergi dari kantor tempatku kerja untuk mencari alamat rumah seorang teman yang jaraknya lumayan jauh. Dari kantor aku naik Ojek Online ke RAMAI MALL. Disana aku menemui Adit Kusmiyanto yang sedang bekerja. Aku pinjam motor matic punya Adit, warnanya pink dan ceper. Dari RAMAI MALL aku langsung tarik gas menuju daerah Seyegan, Sleman. Aku pilih lewat jalur Selokan Mataram biar aman dari razia polisi. Alamat yang aku cari adalah Padukuhan Barepan, Krapyak Sepuluh. Kalau tidak salah ikut Kelurahan Margoagung, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.

Sampai dijalan Tempel-Seyegan hampir maghrib, aku celingak-celinguk untuk mengamati gapura yang bertuliskan krapyak sembilan, karena menurut info sebelumnya dari temanku itu krapyak sepuluh itu masuknya dari krapyak sembilan. Info, aku tidak bawa HP saat kemarin itu. Nekat saja. Punya mulut untuk bertanya. Aku telusuri jalan krapyak sembilan lurus terus sampai melewati tebu-tebu, agak serem juga karena hampir maghrib, sepi, kanan kiri kebon. Ada seseorang tapi mirip orang gila, tambah sereeem. Aku masih lurus terus sampai mentok jalan raya Kebon Agung. Waaaa, kesasar nih. Kataku dalam hati.
Adzan maghrib berkumandang, aku mencoba untuk menuju sumber suara, dan ternyata itu arah Pasar Ngino. Ada desa juga disitu. Akhirnya sampai di Masjid Baiturrokhman, Klawisan. Sholatnya nggak usah aku ceritakan ya, takut dibilang riya'.

Setelah itu aku tanya ke bapak-bapak yang baru keluar dari masjid. Kata bapak-bapak itu aku dari sini harus belok kanan sampai mentok ketemu pertigaan, terus belok kiri masuk gerbang yang ada tulisan Padukuhan Barepan, lalu melewati Embung Tirtoagung, katanya itu sudah masuk wilayah Barepan sepuluh. Aku menuruti kata-kata bapak tersebut. Jalanan dikampung masih gelap, hanya ada sedikit cahaya lampu jalan, sisanya kebon-kebon, bikin merinding juga sih. Masih mending dikampungku Mlokolegi sana, penerangan jalan sudah oke.

Lanjut lagi aku telusuri jalan itu, ternyata ketemu jalan raya Margoagung, gerbang Krapyak sembilan lagi. Ya Tuhan aku bingung. Berhenti, coba tanya sama orang tapi sepi sekali. Tidak ada yang lewat. Rumah-rumah pintunya tertutup. Harus bagaimana lagi? Akhirnya aku putar balik menelusuri jalan yang tadi, ketemu dengan gerbang Krapyak Sepuluh aku kira, karena tulisannya Barepan X. Nekat saja lah. Aku jalan terus, hanya ada berpapasan sepeda motor, banyak kebon, ada makam juga. Aku berhenti didepan sebuah rumah tradisional jawa dan agak terang karena ada semacam bengkel yang pintunya masih terbuka sedikit, tapi tidak ada orang. Aku hanya berharap ada orang jalan kaki lewat biar bisa aku tanya. Tetap tidak ada, hanya motor seliwar-seliwer yang sungguh malas untuk aku tanyai.

Karena bosan, aku jalan maju lagi sampai hampir menuju embung yang tadi aku lewati, suasana cukup seram. Kebon dengan pohon-pohon rimbun dan tinggi gelap ada disekitar. Aku putar balik tepat didepan gang yang ada plang bertuliskan makam yang berwarna merah. Kemudian aku berhenti di depan kebon yang ada gang bertuliskan Masjid Nurul Huda. Aku kira berhenti disini lebih aman dan siapa tahu ada orang yang mau pergi ke masjid jalan kaki. Ternyata tetap sepi dan tidak ada yang lewat. Hanya suara jangkrik dan kadang diselingi motor seliweran. Sampai akhirnya adzan Isya berkumandang. Aku nyalakan lagi motor untuk menuju Masjid Nurul Huda. Aku telusuri gang tadi, ternyata melewati rumah-rumah dan kebon juga, serta bangunan seperti kandang sapi, lumayan ada penerangan. Akhirnya sampai juga di Masjid Nurul Huda. Aku parkir motor dan menuju tempat wudhu.

Ada tiga orang ibu-ibu disana dan aku bertanya untuk memastikan bahwa daerah ini adalah Barepan, Krapyak Sepuluh. Ternyata benar dan aku tanya alamat rumah Dina. Jreng jreng jreng. Ternyata lagi yang aku tanyai adalah ibunya Dina. Sebuah kebetulan kah? Atau memang sudah digariskan begini? Akhirnya ibunya Dina itu yang nanti setelah selesai sholat aku diajak mampir kerumahnya.

Sesuai dengan janjinya tadi, setelah sholat isya, ibunya Dina menunjukkan jalan menuju rumahnya. Naik motor juga. Aku mengikuti dibelakang. Melewati jalan yang tadi. Kemudian jalan utama Krapyak sepuluh, dan berhenti di rumah tradisional jawa yang disamping bengkel. Tempat aku tadi sempat berhenti. Kemudian aku disuruh masuk tapi Dina sedang pergi. Sehingga aku hanya sempat ngobrol dengan ibunya sebentar. Yang sekilas mirip Dina ketika rambutnya dicepol saat sedang kerja jadi kasir di Supermarket RAMAI MALL.

Aku pamitan karena sudah jam setengah delapan lewat, aku harus mengembalikan motor milik Adit Kusmiyanto yang jam delapan harus pulang kerja. Perjalanan dari Seyegan ke Malioboro memakan waktu setengah jam, campur lampu merah dan macet.

Yang ingin aku sampaikan dari cerita ini adalah, kadang insting manusia ketika kepepet itu bisa jadi senjata yang ampuh. Seperti ketika aku bingung dan berhenti didepan sebuah rumah yang ternyata itu adalah rumah yang aku tuju. Padahal aku belum mengerti sebelumnya.

Kedua, ketika pikiranmu buntu, butuh bantuan, sholatlah. Maka Tuhan akan membuka jalan untukmu. Membantu dengan hal yang tidak terduga.

SELESAI