Hari sedang Minggu. Sorenya cerah tetapi angin tetap berhembus dan bergerak. Karena memang begitulah angin, jika ingin tetap disebut angin, maka dia harus terus bergerak, hidupnya berpindah-pindah.
Aku juga saat itu sedang bergerak diatas motor yang aku pinjam dari kakakku. Menuju ke Noyontaan, Pekalongan Timur. Karena memenuhi sebuah janji yang sudah aku ucapkan kepada seorang wanita yang pastinya harus aku tepati.
Dari rumahku di Mlokolegi, aku berangkat sekitar pukul setengah empat sore. Karena aku janji kepada wanita itu untuk sampai dirumahnya pukul empat sore. Aku lewat jalur Pantura Pekalongan saja biar cepat sampai, karena kalau lewat jalur Pantura Cirebon pastilah aku salah jalan dan kesasar. Ternyata dikota, sekitar pertigaan Ponolawen, depan Markas Brimob macet. Menyebabkan aku naik motornya jadi pelan dan menelusuri pinggiran jalan. Melewati jalan Jendral Sudirman, terus bergerak bersama waktu, setelah itu ke Jalan Setiabudi, melewati Ramayana, lalu berbelok kearah jalan Ahmad Yani dipertigaan antara Jalan Setiabudi, Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Dr. Sutomo. Aku terus melaju, sampai di Noyontaan Gang 14A. Aku berhenti dan menelepon wanita itu, memastikan bahwa dia ada dirumah. Aku lihat, jam dihandphone juga belum ada jam empat sore. Masih kurang lima menit.
"Halo.." aku menyapa.
"Halo juga.." dia membalas.
"Aku kesasar," aku berkata demikian karena memang aku ingin berkata begitu. Nyatanya aku tidak kesasar.
"Hah? Di daerah mana?" dia bertanya.
"Nggak tahu, makanya nyasar, kalau tahu mah nggak nyasar, hehe.."
"Hehehe.."
"Sebentar, aku tanya ibu-ibu yang lewat dulu," aku pura-pura bertanya dengan ibu-ibu, padahal tidak ada ibu-ibu disitu. Aku seolah bertanya padahal bicara sendiri dan sengaja aku dekatkan ke handphone agar aku terdengar seperti sedang bertanya pada seorang ibu-ibu dengan logat Papua.
"Ah Ibu, boleh saya bertanya?.. Saya kesasar, ini daerah mana kah?.. Oh, kalau Noyontaan Gang13A itu dimana kah?.. Oh, lurus saja? Berapa meter lagi kah?.. Oh, iya, terimakasih Ibu.."
Lalu aku kembali bicara pada wanita yang akan aku datangi itu.
"Ah, udah, udah tahu sekarang, aku lanjut lagi ya.." kataku.
"Ok!"
Motor melaju. Ngeeeeng.... Memasuki Gang 13A yang sore itu banyak anak-anak bermain dijalanan gang yang lumayan lebar. Motor melaju pelan saja biar tidak dimarah penghuni gang-nya. Kemudian aku hentikan motorku disamping selokan didepan rumah wanita itu. Mesin aku matikan membuat aku menjadi seperti pembunuh yang mematikan sesuatu dengan gampang. Helm aku lepas lalu kugantungkan dikaca spion. Aku berjalan menuju rumah yang sepertinya baru direnovasi itu. Ada seorang bapak-bapak sedang duduk diteras tanpa memakai baju, hanya bercelana pendek saja. Dia adalah ayah dari wanita itu.
"Assalamu'alaikum!" itu aku mengucap salam, sambil menjabat tangan bapak itu lalu menaruhnya didahi, sebagai salam hormat. Katanya adat Jawa.
"Waalaikumsalam.." jawabnya sambil menjabat tanganku sambil berdiri.
"Endah ada Pak?" tanyaku basa-basi karena aku sudah tahu wanita yang aku sebut Endah itu ada dirumah. Kan aku tadi udah telepon dia.
"Ada.." lalu Bapak itu teriak memanggil nama anaknya," Ndaaaah.. Ndaaah.. Ada tamu.."
Wanita yang aku sebut Endah itu keluar dari tempat persembunyiannya. Berpakaian kaos dan celana warna pelangi. Dihias dengan senyum dibibirnya.
"Kok bisa nyasar, emang lewat mana?" tanya Endah.
"Lewat situ.." aku menunjuk saja.
"Hehehe, belum apal ya?"
"Iya, apalnya malah Jogja sama Tegal.. Pemalang juga apal," jelasku.
"Sini masuk.." perintah Endah kepadaku.
Aku masuk dan membuka tas punggungku. Mengeluarkan tas kresek berwarna ungu, yang didalamnya terdapat kardus bekas sepatu futsal adidas, yang ada isinya berupa buku-buku bacaan. Yang akan aku titipkan kepada Endah, karena mencegah buku-buku itu hilang atau dimakan rayap, dan kebetulan Endah juga suka membaca.
"Ini buku-bukunya Ndah.."
"Hehehe.."
"Ada Lupus, Goosebumps, Komik Rival, Abu Nawas, dan kawan-kawan.."
"Wow, senangnya aku."
"Eh, katanya mau ngajak aku lihat Graffiti ditembok, dimana?"
"Disana, dekat.. Aku ganti baju dulu ya.. Sebentar," kata Endah.
Beberapa menit kemudian dia muncul dengan dandanan yang rapi, aku pikir mau kemana? Paling lihat tembok saja, hehehe. Sekarang dia memakai celana jins biru dan kaos lengan panjang berwarna merah marun yang ada tulisannya "Good shoes take you Good place", ditambah tas cewek warna hitam.
Setelah itu kami pamitan untuk pergi sebentar. Jalan kaki.
Aku hanya memakai kaos bergambar Atsuko Maeda warna abu misty. Kalian tahu siapa Atsuko Maeda? Dia adalah artis Jepang kesukaanku, dia dulunya member AKB48 dan selalu jadi yang ada didepan. Aku punya lagu-lagunya dan gambar-gambarnya dihapeku. Hehehe. Dan aku memakai celana pendek warna hitam, ditambah sandal jepit Neckermann. Dipaksa bawa jaket pula, oleh Endah.
Kami berdua berjalan menyusuri Gang 13A lalu keluar menuju Jalan Dr. Wahidin kemudian menyeberang menuju Noyontaan Gang 13B. Sambil ngobrol.
"Kita mau kemana Ndah?" tanyaku.
"Makan martabak aneka rasa, ada cokelat, green tea, meses, silverqueen, kacang, cadburry, oh iya m&m's juga ada," jawabnya.
"Permen m&m's?"
"Iya.. Zen suka yang apa?" itu Endah bertanya kepadaku.
"Aku suka semuanya, hahaha.. Green Tea, Cokelat, Keju, Kacang.." itu aku menjawab pertanyaan dari Endah.
"Yaudah, nanti pesan yang delapan rasa."
Disitulah tempat dimana temboknya ada grafiti karya bomber-bomber Pekalongan berada. Aku meminta Endah menulis ditembok dengan spidol Permanent yang sudah aku persiapkan dari rumah. Ya, aku kemana-mana selalu bawa alat tulis atau alat gambar. Biar bisa mengusir kejenuhan disaat sendirian. Aku meminta Endah untuk menulis namanya. Dia mau, tapi nulisnya malah akun instagramnya "Endahkusma22". Lalu dia minta difoto disitu. Setelah itu, aku menuliskan sesuatu dibawah kata nama Endah, aku menulis "loves Zen" biar jadi seperti "Endah loves Zen" hehe. Kayak anak kecil aja. Endah protes, tapi tulisan itu tak bisa dihapus, kecuali jika Allah menghendaki.
Sebentar kami foto-foto disitu. Kira-kira sepuluh kali take photo. Sudah itu kami lanjut jalan. Menuju Jalan Kartini. Aku ikuti saja langkah Endah. Dia yang tahu tempat jualan martabak aneka rasa itu. Ternyata dekat. Nama tempatnya Martabak Platinum Ruby. Disekitaran Jalan Kartini. Aku melangkahkan kaki mengikuti Endah yang masuk ke dalam bangunan berpintu kaca yang tebal. Lalu menuju kasir melewati meja-meja dan kursi-kursi dan juga dinding-dinding yang didekorasi dengan hiasan klasik. Kami memesan martabak delapan rasa dengan pilihan, cokelat, green tea, keju, kacang, silverqueen, m&m's, cadburry, dan lupa. Hehehe. Minumannya Hot Lemon Tea. Lalu kami memilih tempat duduk yang diluar, biar bisa melihat kendaraan yang lewat. Meja nomer 9. Dan berhadapan duduknya. Ah, lagi-lagi Endah foto-foto. Suka begitu dia. Selalu foto apa-apa. Kemudian dia bilang.
"Sebentar, ada yang kelupaan.." katanya, lalu masuk kedalam.
Beberapa jenak kemudian dia keluar lagi. Kami ngobrol. Ngobrol apa saja.
"Endah, sering kesini?" tanyaku.
"Nggak, baru dua kali, kalau dihitung dengan yang sekarang.." jawabnya.
"Oh.."
"Dulu diajak teman," jelasnya.
"Cowok apa cewek?" tanyaku.
"Cewek, rekan kerja.. Eh, Zen mau makan mie ayam nggak?"
"Nggak ah, kan mau makan martabak.."
"Kirain mau, biar tambah kenyang.. Hehehe," katanya.
"Temanku dulu juga kerja disekitar sini, tapi dibelakang situ, kantor Indosat pasca bayar, nggak lama.." aku bercerita tentang temanku.
"Memang, disini itu banyak yang nggak bertahan lama.."
Oh itu kami ngobrol sambil minum Lemon Tea. Lalu martabak datang. Aku terkejut, ternyata diatas martabak itu ada tulisan Happy Birthday ZEN <3. Rupanya tadi Endah masuk untuk bilang kepada pelayannya agar mau untuk menambahi tulisan itu. Ah, Endah, terima kasih karena kamu sudah seperti PLN, membuat aku terkejut dengan memberi kejutan. Walaupun sudah lewat lima hari dari Ulang Tahunku yang jatuh pada tanggal 23 Agustus.
Kemudian kami makan martabak yang memang fungsinya untuk dimakan itu. Sambil ngobrol panjang soal pendiri martabak platinum ini. Yang tidak penting untuk kalian ketahui, tapi penting bagi kami waktu itu untuk menjadi bahan obrolan yang cukup untuk menemani kami menghabiskan martabak yang sangat membuat perut kenyang. Kenyang sekali. Ah, sorenya sudah maghrib dan Endah mengajak untuk pulang.
Lalu aku pergi kekasir untuk membayar apa yang tadi kami makan dan juga minum. Aku yang membayarkan, tapi uangnya dari Endah. Karena aku tidak membawa uang dari rumah. Karena rencana awalnya aku hanya mau kerumah Endah dan melihat grafiti ditembok Gang 13B.
Sorenya sudah lewat maghrib. Aku dan Endah berjalan menyusuri jalan yang tadi, sambil ngobrol lagi. Melewati jalan yang tadi sore terang, tapi kemudian jadi gelap karena sudah petang. Sampai akhirnya kami tiba dirumah Endah.
Ceritanya tidak usah dilanjut sampai aku mengantar Endah pergi bekerja, biar kalian penasaran. Terima kasih Martabak, terima kasih Lemon Tea hangat, terima kasih dan sayang Endah. Hehehe. Itu sore tanggal 28 Agustus 2016 Masehi dan ada suara hujan dikejauhan.
Jogjakarta, 6 September 2016 Masehi dan ada kipas angin dikamar.
Zen... selamat ulan tahun ke 28 H+ 15 hari..
BalasHapus