Malamnya sedang hujan ketika si Dwi Gandool, office boy kantor Ganteng Unyu Wedding Organizer sedang pergi beli nasi untuk makan malam kru The Tampan Decorators yang saat itu masih ada disitu. Si Dwi lupa bawa jas hujan, jadilah dia berteduh dulu di warung nasi Pak Joko. Eh, Pak Joko nya sudah meninggal dunia sekitar empat puluh hari yang lalu. Sekarang istrinya yang jualan nasi sendirian.
Malam itu di kantor Ganteng Unyu masih ada Pak Tomo, Mbak Intan, Pak Irwan yang Sekuriti baru, Taufik, dan Zen. Tetapi yang menanti nasi untuk makan malam hanya Taufik dan Zen. Sementara hujan masih turun dengan gembira, menari-nari diatas aspal, batako, tanah, rumput, dan tempat yang terkena hujan.
Sehabis Isya' barulah Dwi Gandool datang. Naik motor Jupiter pilokan sendiri warna biru, sedangkan jok nya berwarna merah. Kasihan dia agak basah karena menerjang hujan yang belum juga kunjung berhenti. Dengan gaya khasnya yaitu tertawa Ha Ha Ha. Membawa kantong plastik berwarna hitam berisikan tiga bungkus nasi.
"Hujan deres banget, aku numpang teduh dulu di warungnya Lelet, ha ha ha!" Dwi berkata sambil tertawa. Lelet ini adalah sebutan khusus dari kru The Tampan Decorators untuk istri Pak Joko.
"Nggak bawa jas hujan bro?" tanya Pak Irwan.
"Iya, nggak punya, ha ha.." jawab Dwi yang lagi-lagi sambil tertawa.
"Nasiku mana Wi?" tanya Taufik.
"Ini, sama semua.." Dwi berkata sambil membuka bungkus nasinya yang berlauk sayap ayam. Ditempat Lelet atau warung nasi Pak Joko ini makan pakai lauk sayap ayam harganya cuma lima ribu lima ratus rupiah, kalau pakai kepala ayam cuma empat ribu lima ratus, pokoknya yang paling murah ya disitu.
"Punyaku mana Ndool?" itu adalah Zen yang bertanya kepada Dwi Gandool.
"Lha iki!"
"Sayape Lelet.." Zen membuka bungkus nasinya seraya berkata demikian.
"Wah, pada makan malam nih?" Itu Pak Tomo yang baru keluar dari kantor dan mau pulang kerumahnya.
"Iya Pak," Dwi menjawab. Taufik dan Zen diam saja karena mulutnya sibuk mengunyah daun singkong.
"Makan Bu.." Dwi Gandool menyapa Mbak Intan yang juga baru keluar dari kantor Ganteng Unyu, mau pulang juga.
"Oh iya.. Dienakin aja mas.." balas Mbak Intan. "Mas Dwi mau ceker nggak?" tanyanya.
"Ceker manusia? Ha ha ha!" Dwi menjawab dengan bercanda.
"Ceker buaya.." Taufik menimpali.
"Bukan.. Ini ceker ayam asli, mau nggak?" kata Mbak Intan sambil memarkir motornya.
"Pulang dulu saudara-saudara!" Itu suara Pak Tomo yang melaju dengan motor Crypton dan tidak lupa memakai jas hujan.
"Iya!!!!" Itu suara serentak dari Pak Irwan, Mbak Intan, Taufik, dan Dwi Gandool. Zen diam saja karena sedang mengunyah tulang sayap ayam.
"Ini pada mau ceker ayam nggak?" tawar Mbak Intan lagi yang sudah siap naik motor.
"Mau Bu, mau.." yang menjawab Dwi. Karena Pak Irwan sedang sibuk menulis, Taufik sibuk mengunyah nasi, Zen sibuk menyingkirkan sambel.
"Ambil piring dulu buat naruh cekernya, kalau pakai tempat punyaku takutnya nggak ada yang mengurus nantinya," kata Mbak Intan.
Dwi Gandool pun segera pergi ke dapur untuk mengambil piring.
"Wah, banyak banget nih.. Terima kasih Bu," Dwi berkata sambil mencomot sepotong ceker yang dimasak dengan kecap.
"Iya, biar enak lagi dibakar dulu.." saran Mbak Intan.
"Nggak usah, ini aja udah bisa buat lauk, hehehe.." itu Dwi lagi yang bersuara.
Ada sekitar dua puluh ceker jika dihitung, termasuk yang sudah dicomot Dwi tadi. Semuanya berbalut kecap manis. Sehingga rasanya jadi manis dan gurih. Lalu Zen mengambil dua untuk digabung dengan sayap ayam tadi. Pak Irwan mencicipi satu. Taufik juga mengambil satu. Dipiring terlihat masih banyak ceker-ceker cokelat dan manis yang menggoda selera. Ceker dari mbak Intan.
Mbak Intan yang jadi admin keuangan di Ganteng Unyu. Mbak Intan yang rambutnya diwarnai pirang. Mbak Intan yang motornya berwarna merah. Mbak Intan yang punya warung angkringan disekitar Pasar Kembang Jogja. Mbak Intan yang angkringannya berjudul "DODOLAN SEGO". Mbak Intan yang dengan teliti menghitung gaji karyawan Ganteng Unyu Wedding Organizer. Mbak Intan yang namanya terdiri dari huruf I-N-T-A-N. Mbak Intan yang namanya seperti nama perhiasan dari batu.
Setelah Mbak Intan pergi meninggalkan Sukun Raya no. 48, Pak Irwan segera menutup pintu gerbang. Dan kembali duduk di Pos Security yang nyaman.
"Ini cekernya mau disisain buat besok atau dimakan sekarang semua?" tanya Zen kepada Dwi.
"Habiskan sekarang aja! Hahaha.. Kalau buat besok udah nggak enak.
"Oke!" kata Zen seraya mengambil sepotong ceker lagi.
Dwi dan Zen seperti orang balapan makan ceker ayam. Sementara Taufik sudah hampir habis tiga ceker.
"Aku cuma ambil tiga nih.. Karena aku sukanya kalau yang dibakar.." kata Taufik.
Dwi dan Zen masing-masing menghabiskan ceker tujuh. Dan menyisakan satu diatas piring karena peraturannya, yang menghabiskan cekernya harus bertanggung jawab mengembalikan dan membersihkan piring tersebut.
Sementara hujan masih turun.
"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar